Jumat, 15 Agustus 2025

Islam Mengajarkan Semua Ilmu yang Bermafaat ( Termasuk Ilmu Sastra, Puisi, dan Retorika juga?)

 

Sering kali dalam percakapan sehari-hari kita mendengar bahwa belajar ilmu agama itu penting. Tapi, apakah hanya para ulama dan santri yang dituntut untuk mempelajari ilmu-ilmu yang dikehendaki Allah untuk manusia?

Dalam ajaran Islam, tidak ada pemisahan yang mutlak antara ilmu agama dan ilmu dunia. Semua ilmu yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syariat Islam dianjurkan untuk dipelajari. Konsep ini dikenal sebagai ilmu nafi', yaitu ilmu yang membawa kebaikan, kemaslahatan, dan kemajuan bagi individu dan umat, baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW dan Al-Qur'an secara jelas mendorong umatnya untuk menuntut ilmu tanpa batasan, menunjukkan bahwa ilmu adalah kunci kesuksesan di segala aspek kehidupan.

Dorongan Menuntut Ilmu dalam Hadis

"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan menuju surga" (HR. Muslim).

Kata "ilmu" (ilman) dalam hadis ini bersifat umum,

Hadis lain yang menegaskan pentingnya ilmu adalah, "Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu" (HR. Ahmad).

Ilmu Nafi' sebagai Konsep Integral

Konsep ilmu nafi' sangat penting karena menekankan bahwa semua ilmu yang bermanfaat dan digunakan untuk kebaikan manusia adalah ilmu yang dianjurkan dalam Islam. Doa yang diajarkan kepada Nabi Muhammad SAW, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu" (QS. Taha: 114), menunjukkan bahwa segala jenis ilmu yang bermanfaat adalah anugerah yang harus dicari tanpa batasan.

Secara keseluruhan, Islam memandang ilmu sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ilmu agama berfungsi sebagai pedoman, sementara ilmu dunia menjadi alat untuk mewujudkan kemaslahatan di bumi. Keduanya saling melengkapi, memastikan bahwa kemajuan duniawi berjalan seiring dengan ketaatan spiritual.

Inti dari Ilmu Nafi'

Intinya, yang menjadikan sebuah ilmu sebagai ilmu nafi' bukanlah nama atau jenis ilmunya, melainkan dua hal:

1.     Niat (Intention): Ilmu tersebut dipelajari dengan niat ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah, melayani manusia, atau memakmurkan bumi.

2.     Manfaat (Benefit): Ilmu tersebut harus membawa manfaat nyata bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat secara keseluruhan.

3.     Etika (Ethics): Ilmu digunakan sesuai dengan prinsip moral dan syariat Islam.

Oleh karena itu, semua ilmu yang bertujuan untuk kebaikan, selama tidak bertentangan dengan prinsip Islam, adalah ilmu yang dianjurkan.


Peran Al-Qur'an dalam Mendorong Sains dan Teknologi

Al-Qur'an juga memotivasi manusia untuk mengamati alam semesta dan fenomena di sekitarnya. Ayat-ayat Al-Qur'an sering kali mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan Allah sebagai dasar ilmu pengetahuan.

Contohnya, dalam QS. Al-Ghasyiyah ayat 17-20, Allah SWT berfirman, "Tidakkah mereka memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan, langit bagaimana ia ditinggikan, gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan?". Ayat ini secara eksplisit mengajak manusia untuk melakukan observasi, yang menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan seperti biologi, astronomi, geologi, dan geografi.

Selain itu, Al-Qur'an juga menghargai inovasi dan keahlian, seperti yang tercantum dalam QS. Al-Anbiya' ayat 80, "Dan Kami ajarkan (pula) kepada Daud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperangan. Maka apakah kamu bersyukur?". Ayat ini membuktikan bahwa ilmu terapan, seperti rekayasa dan teknologi, sangat dihargai dalam Islam karena merupakan karunia dari Allah SWT.


"Mengapa Cabang Ilmu Lain Penting?"

Cabang-cabang ilmu selain agama menjadi penting karena setiap ilmu memiliki peran vital dalam memenuhi kebutuhan manusia dan menegakkan nilai-nilai Islam di muka bumi.

1. Ilmu Kedokteran dan Kesehatan

Ilmu ini penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mencegah penyakit, yang merupakan bagian dari menjaga nikmat Allah.

·        Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan Dia juga menurunkan obatnya." (HR. Bukhari).

 

Hadis ini menegaskan bahwa pencarian dan pengembangan ilmu kedokteran adalah sebuah ibadah yang mulia. Dengan setiap penemuan obat, umat Islam tidak hanya berikhtiar menyembuhkan raga, tetapi juga menunaikan salah satu misi utama syariat: menjaga dan mengabadikan kehidupan (hifzh al-nafs), sebuah manifestasi dari kasih sayang Allah SWT terhadap hamba-Nya.

2. Ilmu Ekonomi dan Perniagaan

Ilmu ini penting untuk menciptakan kemandirian ekonomi umat, menghindari riba, dan menciptakan sistem ekonomi yang adil.

·        Al-Qur'an mendorong umat untuk bekerja dan berdagang dengan jujur. Allah SWT berfirman, "Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah." (QS. Al-Jumu'ah: 10).

 

Ilmu ekonomi adalah kunci untuk membuka pintu kemandirian umat. Ia adalah kompas yang memandu setiap Muslim untuk mengarungi lautan rezeki dengan benar, agar harta yang didapat tidak hanya menjadi penopang hidup, tetapi juga jembatan kebaikan yang menghubungkan kita dengan sesama melalui zakat dan sedekah.

3. Ilmu Teknologi dan Rekayasa (Engineering)

Ilmu ini penting untuk menciptakan alat-alat yang memudahkan kehidupan manusia, membantu dakwah, dan memperkuat umat.

"Berilah aku potongan-potongan besi!' Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, (Dzulqarnain) berkata, 'Tiuplah (api)!' Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, 'Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).'" (QS. Al-Kahf: 96)

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi..." (QS. Al-Anfal: 60).

 

"Siapa saja yang memiliki anak panah (yang baik), maka janganlah ia biarkan anak panahnya (itu rusak) dengan tidak melatihnya (memanah)." (HR. Muslim)

Ayat ini bukan hanya perintah untuk siaga menghadapi ancaman, melainkan juga seruan untuk menguasai setiap bidang ilmu dan teknologi. Inilah landasan bagi kemandirian dan kemajuan peradaban, yang menjadikan umat berdaya di hadapan tantangan zaman.

4. Ilmu Pertanian

Ilmu ini penting untuk memenuhi kebutuhan pangan umat, menjaga ketahanan pangan, dan mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.

Allah SWT berfirman, "Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Apakah kamu yang menumbuhkannya, atau Kami yang menumbuhkannya?" QS. Al-Waqi'ah Ayat 63-64:

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim menanam tanaman atau bercocok tanam, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah baginya." (HR. Muslim).

 

Petani tidak hanya sebagai pengelola lahan, tetapi juga sebagai pelaku amal yang mulia. Dengan menguasai ilmu pertanian, seorang petani dapat memaksimalkan hasil dari jerih payahnya, mengubah setiap biji yang ia tanam menjadi ibadah, dan menjadikan setiap panennya sebagai sedekah yang tak terputus.

5. Ilmu Bahasa dan Sastra

Menggali kedalaman tata bahasa dan sastra Arab adalah keharusan, agar penafsiran tidak sekadar di permukaan, melainkan mencapai esensi kebenaran. Kekuatan bahasa yang terasah memungkinkan kita berdakwah dengan hikmah, merangkai kata menjadi pesan yang tak hanya mudah dipahami, tetapi juga memiliki daya pikat dan kekuatan untuk mengubah hati.

Al-Qur'an sendiri adalah mukjizat dari sisi bahasanya. Mempelajari ilmunya adalah cara untuk mengagumi kebesaran Allah.

Allah SWT menantang manusia untuk membuat satu surah yang serupa dengan Al-Qur'an, yang secara tidak langsung menunjukkan keunggulan bahasa dan sastranya: "Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah: 23).

 

"Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka." QS. Ibrahim: 4

"(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara." QS. Ar-Rahman: 1-4

Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya di antara ucapan itu ada sihir (kekuatan untuk memengaruhi)." (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan kekuatan bahasa yang bisa digunakan untuk kebaikan maupun keburukan.

"Cintailah Arab karena tiga hal; karena aku orang Arab, Al-Qur'an berbahasa Arab, dan bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab."

dan Ketika Nabi Muhammad SAW ingin berkorespondensi dengan raja-raja non-Arab, beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit RA untuk mempelajari bahasa mereka.

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku untuk mempelajari bahasa Ibrani atau bahasa Suryani. Beliau bersabda: 'Aku tidak merasa aman terhadap apa yang datang kepadaku dari orang-orang Yahudi'. Maka aku mempelajarinya (bahasa Yahudi/Ibrani) dalam waktu lima belas hari sehingga aku menguasainya. Maka aku menjadi penulis bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk surat-surat yang ditujukan) kepada orang-orang Yahudi dan aku membacakan surat-surat mereka kepada beliau." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dengan tantangan global saat ini, penguasaan bahasa asing telah menjadi fardhu kifayah bagi umat Islam. Ini bukan sekadar keterampilan tambahan, melainkan sebuah senjata strategis dalam perang narasi untuk menyuarakan kebenaran Islam, membangun diplomasi, dan menjaga kedaulatan pemikiran. Ini memperluas cakupan "ilmu bahasa" dari sekadar memahami Al-Qur'an dan Hadis, menjadi alat universal untuk menegakkan kemaslahatan umat di panggung dunia.


6. Ilmu Geografi dan Geologi

Melalui geografi, kita menapak tilas sejarah peradaban, memahami bangkit dan runtuhnya umat masa lalu, untuk menjadi cermin bagi perjalan kita saat ini. Melalui geologi, kita tidak hanya menemukan sumber daya alam yang melimpah—seperti mineral dan air—tetapi juga diingatkan akan tanggung jawab kita sebagai khalifah untuk mengelola karunia Allah ini demi kemaslahatan bersama.

"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaan.'" (QS. Al-Ankabut: 20).

"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran." QS. Al-Hijr ayat 19:

o   Ayat lain juga menyinggung tentang fenomena geologi: "Dan di bumi terdapat potongan-potongan tanah yang berdampingan (QS. Ar-Ra'd: 4).

Allah juga menjelaskan fenomena unik percampuran dua lautan:

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." Ayat ini secara ilmiah merujuk pada fenomena oseanografi di mana dua massa air dengan karakteristik berbeda (misalnya salinitas, suhu, dan massa jenis) bertemu tetapi tidak bercampur secara total. Ini adalah petunjuk bagi ilmu geografi kelautan. QS. Ar-Rahman ayat 19-20,

 


7. Ilmu Sosial dan Psikologi

Sebagai khalifah di muka bumi, kita ditugaskan untuk membangun peradaban. Ilmu sosial dan psikologi menjadi alat vital untuk tugas tersebut. Ia membuka jendela wawasan ke dalam jiwa manusia dan dinamika interaksi sosial, membimbing kita menciptakan tatanan masyarakat yang mencerminkan keadilan, harmoni, dan kasih sayang yang diajarkan Islam. Dengan ilmu ini, kita dapat:

·        Mendiagnosis dan mengobati penyakit-penyakit sosial seperti konflik, kemiskinan, dan ketidakadilan, sekaligus memahami kebutuhan batin setiap individu.

·        Menjalankan misi dakwah dengan kearifan, menyesuaikan pesan kebenaran dengan konteks budaya dan psikologi audiens agar lebih berbekas di hati.

·        Menegakkan pilar-pilar sistem pendidikan, ekonomi, dan politik yang kokoh, adil, dan berorientasi pada kemaslahatan umat.

Islam sangat menekankan keadilan dan persaudaraan (ukhuwah). Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah..." (QS. An-Nisa: 135).

Rasulullah SAW bersabda: "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuh juga ikut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam." (HR. Bukhari dan Muslim).


8. Ilmu Fisika, Kimia, dan Astronomi

Ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan astronomi bukanlah sekadar deretan rumus dan teori, melainkan kunci untuk menyingkap tabir rahasia di balik hukum alam dan jagat raya. Dengan mempelajarinya, kita dapat melihat kebesaran, kekuasaan, dan hikmah Allah yang tersembunyi di balik setiap proses—dari turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, hingga interaksi materi yang tak kasat mata.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal." (QS. Ali 'Imran: 190).

"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya." QS. Yasin ayat 40

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." QS. Al-Hijr ayat 26, Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari unsur-unsur yang ada di bumi

"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu." QS. Ar-Rahman ayat 7-9

Pada hakikatnya, fisika, kimia, dan astronomi bukanlah disiplin ilmu yang terpisah dari ajaran Islam. Sebaliknya, ia adalah jembatan yang menghubungkan akal dan iman, alat yang membuka mata hati kita untuk merenungi kebesaran Allah, dan jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya melalui pemahaman yang mendalam atas setiap ciptaan-Nya.


9. Ilmu Arsitektur dan Tata Kota

Ilmu arsitektur dan tata kota bukan sekadar seni membangun, melainkan fondasi untuk mewujudkan peradaban yang berkeadilan dan makmur. Dengan ilmu ini, manusia mengemban amanah sebagai khalifah di bumi (imarah al-ardh), merancang ruang hidup yang tidak hanya aman dan nyaman, tetapi juga berkelanjutan dan menghargai keseimbangan alam. Setiap rancangan kota yang baik adalah wujud nyata dari upaya memfasilitasi keadilan sosial, memudahkan akses ke tempat ibadah, dan menciptakan lingkungan yang menyehatkan bagi seluruh umat manusia.

o   Al-Qur'an menyebutkan tugas manusia untuk mengelola bumi. Allah SWT berfirman: "... Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya..." (QS. Hud: 61).

Kata ist'marakum (pemakmur) dalam ayat ini memiliki makna mendalam, yaitu menjadikan bumi tempat yang layak huni, produktif, dan terorganisir. Ini adalah landasan utama bagi Ilmu Arsitektur dan Tata Kota, karena kedua bidang ini bertujuan untuk merancang dan membangun ruang yang memakmurkan kehidupan manusia di bumi.

"Kebersihan adalah sebagian dari iman."

"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan." (HR. Muslim)

Dalam konteks tata kota, ini berarti merancang kota yang bersih, memiliki sistem sanitasi yang baik, dan ruang terbuka hijau.


10. Ilmu Matematika dan Logika

Meskipun kerap dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan jauh dari kehidupan, matematika dan logika adalah fondasi presisi yang menegakkan keadilan dan ketertiban. Matematika, dalam ajarannya, menjadi alat vital untuk memastikan pembagian warisan (fara'id), penghitungan zakat, dan urusan perniagaan berlangsung secara adil dan akurat sesuai syariat. Sementara itu, logika adalah kompas bagi akal, membimbing seseorang untuk berpikir jernih, memahami dalil agama secara terstruktur, dan mengambil keputusan yang bijaksana.

"Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu..." (QS. An-Nisa: 11). Ini menunjukkan betapa pentingnya matematika dalam menegakkan keadilan.

"Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." QS. Al-Qamar ayat 49

"...Dan tidaklah mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal." QS. Al-Baqarah ayat 269

"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu."

Ayat ini secara jelas memerintahkan manusia untuk menjaga keseimbangan. Kata "timbangan" (al-mizan) di sini bisa dimaknai sebagai keadilan sosial, namun secara harfiah juga merujuk pada alat ukur yang membutuhkan perhitungan matematis yang tepat. Perintah untuk menegakkan timbangan dengan adil adalah fondasi bagi etika bisnis dan matematika terapan yang presisi.

 

11. Ilmu Sejarah dan Peradaban

Ilmu sejarah lebih dari sekadar catatan masa lampau; ia adalah cermin peradaban yang memantulkan sebab-akibat, pasang-surut kekuasaan, dan pola-pola kehidupan sosial. Sebagai salah satu ilmu yang paling ditekankan dalam Al-Qur'an dan Hadis, sejarah mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Dengan menyelaminya, kita dapat memahami bagaimana sunnatullah—hukum-hukum ketetapan Allah—bekerja dalam setiap siklus kebangkitan dan kehancuran. Lebih dari itu, ilmu ini menguatkan keyakinan kita, karena ia menjadi saksi bisu yang membuktikan bahwa setiap janji Allah kepada para nabi dan hamba-hamba-Nya yang saleh adalah kebenaran yang tak pernah berubah.

Allah SWT berfirman: "Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yusuf: 111).

"Katakanlah (Muhammad), 'Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.'" (QS. Al-An'am: 11).

"Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." QS. Al-Baqarah ayat 66

"Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." QS. Hud ayat 120

"Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah (hukum-hukum-Nya); karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." QS. Ali 'Imran ayat 137

Ayat ini memerintahkan untuk melakukan dua hal: berjalan di muka bumi (eksplorasi geografis) dan memperhatikan akibat dari tindakan umat terdahulu (analisis sejarah). Ini adalah perintah langsung untuk mempelajari sejarah sebagai cara untuk memahami sunnatullah atau hukum alam dan sosial yang Allah tetapkan.

Tentu, ini adalah tambahan untuk cabang ilmu ke-12 tentang Sastra dan Puisi, lengkap dengan pembukaan yang mendalam dan contoh-contoh yang relevan.


12. Ilmu Sastra, Puisi, dan Retorika

"Sesungguhnya di antara ucapan itu ada sihir (kekuatan untuk memengaruhi)." (HR. Bukhari).

bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sarana untuk mengabadikan kebenaran, membela kehormatan, dan menanamkan hikmah. Dalam sejarah Islam, para penyair dan sastrawan tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam membela agama. Nama-nama seperti Hassan bin Tsabit, penyair Rasulullah SAW, menggunakan syairnya sebagai perisai, sementara karya-karya mistis Jalaluddin Rumi menyingkap keagungan cinta Ilahi melalui puisi-puisi yang menembus zaman, terkenal di timur dan barat.

·        Pembelaan Agama: Sastra, terutama puisi, menjadi alat yang kuat untuk membalas ejekan atau serangan terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW. Puisi-puisi Hassan bin Tsabit adalah contoh nyata bagaimana seni digunakan untuk melindungi kehormatan Nabi.

·        Dakwah dan Pendidikan: Melalui sastra dan puisi, ajaran agama dapat disampaikan dengan cara yang lebih indah, menyentuh hati, dan mudah diingat. Kisah-kisah yang terbingkai dalam prosa dan syair dapat menjadi media efektif untuk menyampaikan pesan moral dan spiritual.

·        Memperkaya Pemahaman: Mempelajari sastra Arab klasik, seperti tata bahasa dan balaghah (ilmu retorika), sangat fundamental untuk memahami keindahan mukjizat Al-Qur'an dan kedalaman makna hadis.


Al-Qur'an sebagai Mukjizat Bahasa

Dalam sejarah, mukjizat para nabi selalu relevan dengan keunggulan yang dibanggakan pada zamannya.

·        Pada zaman Romawi dan Yunani yang membanggakan ilmu medis, diutuslah Nabi Isa yang bisa menyembuhkan penyakit.

·        Pada zaman Mesir yang membanggakan ilmu sihir, diutus Nabi Musa yang mengalahkan para penyihir.

·        Pada zaman Arab pagan yang membanggakan puisi dan kefasihan bahasa, diutuslah Nabi Muhammad dengan mukjizat Al-Qur'an yang keindahan bahasanya mengalahkan seluruh puisi di Arab.

"Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengannya..." (QS. Al-Baqarah: 23).

Pujian Nabi untuk Puisi yang Baik

Rasulullah SAW menghargai puisi yang memiliki pesan kebaikan. Beliau pernah bersabda kepada Hassan bin Tsabit:

"Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) selalu menyertaimu selama kamu membela Rasulullah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa penggunaan seni untuk tujuan kebaikan, termasuk puisi, akan mendapat dukungan dan pertolongan dari Allah.

Hadis ini menekankan bahwa bahasa memiliki kekuatan luar biasa yang dapat digunakan untuk kebaikan (dakwah) maupun keburukan. Maka tak heran, di zaman modern ini, di mana kejahatan bisa dibingkai sebagai kebaikan dan penjajahan bisa disamarkan dengan jargon demokrasi dan liberalisasi, ilmu sastra, puisi, dan retorika adalah senjata paling penting karena kita hidup di zaman Narasi.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar