Sering kali dalam percakapan
sehari-hari kita mendengar bahwa belajar ilmu agama itu penting. Tapi, apakah
hanya para ulama dan santri yang dituntut untuk mempelajari ilmu-ilmu yang
dikehendaki Allah untuk manusia?
Dalam
ajaran Islam, tidak ada pemisahan yang mutlak antara ilmu agama dan ilmu dunia.
Semua ilmu yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syariat Islam
dianjurkan untuk dipelajari. Konsep ini dikenal sebagai ilmu nafi', yaitu
ilmu yang membawa kebaikan, kemaslahatan, dan kemajuan bagi individu dan umat,
baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW dan Al-Qur'an secara jelas
mendorong umatnya untuk menuntut ilmu tanpa batasan, menunjukkan bahwa ilmu
adalah kunci kesuksesan di segala aspek kehidupan.
Dorongan
Menuntut Ilmu dalam Hadis
"Barangsiapa
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan
menuju surga" (HR. Muslim).
Kata
"ilmu" (ilman) dalam hadis ini bersifat umum,
Hadis
lain yang menegaskan pentingnya ilmu adalah, "Barangsiapa menginginkan
dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus
dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu"
(HR. Ahmad).
Ilmu Nafi' sebagai
Konsep Integral
Konsep
ilmu nafi' sangat penting karena menekankan bahwa semua ilmu yang bermanfaat
dan digunakan untuk kebaikan manusia adalah ilmu yang dianjurkan dalam Islam.
Doa yang diajarkan kepada Nabi Muhammad SAW, "Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu" (QS. Taha: 114), menunjukkan bahwa segala jenis ilmu yang
bermanfaat adalah anugerah yang harus dicari tanpa batasan.
Secara
keseluruhan, Islam memandang ilmu sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Ilmu agama berfungsi sebagai pedoman, sementara ilmu dunia menjadi alat untuk
mewujudkan kemaslahatan di bumi. Keduanya saling melengkapi, memastikan bahwa
kemajuan duniawi berjalan seiring dengan ketaatan spiritual.
Inti dari Ilmu
Nafi'
Intinya, yang menjadikan sebuah ilmu sebagai ilmu nafi' bukanlah nama atau jenis ilmunya, melainkan
dua hal:
1.
Niat (Intention):
Ilmu tersebut dipelajari dengan niat ikhlas untuk mendekatkan diri kepada
Allah, melayani manusia, atau memakmurkan bumi.
2.
Manfaat (Benefit):
Ilmu tersebut harus membawa manfaat nyata bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat, dan umat secara keseluruhan.
3.
Etika (Ethics): Ilmu digunakan sesuai dengan prinsip moral dan syariat Islam.
Oleh karena itu, semua ilmu yang bertujuan untuk
kebaikan, selama tidak bertentangan dengan prinsip Islam, adalah ilmu yang
dianjurkan.
Peran
Al-Qur'an dalam Mendorong Sains dan Teknologi
Al-Qur'an
juga memotivasi manusia untuk mengamati alam semesta dan fenomena di
sekitarnya. Ayat-ayat Al-Qur'an sering kali mengajak manusia untuk merenungkan
ciptaan Allah sebagai dasar ilmu pengetahuan.
Contohnya, dalam
QS. Al-Ghasyiyah ayat 17-20, Allah SWT berfirman, "Tidakkah mereka
memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan, langit bagaimana ia ditinggikan,
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?". Ayat ini secara eksplisit mengajak manusia untuk melakukan
observasi, yang menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan seperti biologi, astronomi,
geologi, dan geografi.
Selain
itu, Al-Qur'an juga menghargai inovasi dan keahlian, seperti yang tercantum
dalam QS. Al-Anbiya' ayat 80, "Dan Kami ajarkan (pula) kepada Daud cara
membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperangan. Maka apakah
kamu bersyukur?". Ayat ini membuktikan bahwa ilmu terapan, seperti
rekayasa dan teknologi, sangat dihargai dalam Islam karena merupakan karunia
dari Allah SWT.
"Mengapa Cabang Ilmu Lain Penting?"
Cabang-cabang ilmu selain agama menjadi penting karena
setiap ilmu memiliki peran vital dalam memenuhi kebutuhan manusia dan
menegakkan nilai-nilai Islam di muka bumi.
1. Ilmu Kedokteran dan Kesehatan
Ilmu ini penting untuk menjaga kesehatan fisik dan
mencegah penyakit, yang merupakan bagian dari menjaga nikmat Allah.
· Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah Allah menurunkan
suatu penyakit melainkan Dia juga menurunkan obatnya." (HR.
Bukhari).
Hadis ini menegaskan bahwa pencarian dan
pengembangan ilmu kedokteran adalah sebuah ibadah yang mulia. Dengan setiap
penemuan obat, umat Islam tidak hanya berikhtiar menyembuhkan raga, tetapi juga
menunaikan salah satu misi utama syariat: menjaga dan mengabadikan kehidupan
(hifzh al-nafs), sebuah manifestasi dari kasih sayang Allah SWT terhadap
hamba-Nya.
2. Ilmu Ekonomi dan Perniagaan
Ilmu ini penting untuk menciptakan kemandirian ekonomi
umat, menghindari riba, dan menciptakan sistem ekonomi yang adil.
·
Al-Qur'an mendorong umat untuk bekerja dan berdagang dengan jujur. Allah SWT
berfirman, "Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah." (QS. Al-Jumu'ah: 10).
Ilmu ekonomi adalah kunci untuk membuka
pintu kemandirian umat. Ia adalah kompas yang memandu setiap Muslim untuk
mengarungi lautan rezeki dengan benar, agar harta yang didapat tidak hanya
menjadi penopang hidup, tetapi juga jembatan kebaikan yang menghubungkan kita
dengan sesama melalui zakat dan sedekah.
3. Ilmu Teknologi dan Rekayasa (Engineering)
Ilmu ini penting untuk menciptakan alat-alat yang
memudahkan kehidupan manusia, membantu dakwah, dan memperkuat umat.
"Berilah aku potongan-potongan besi!'
Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak)
gunung itu, (Dzulqarnain) berkata, 'Tiuplah (api)!' Ketika (besi) itu sudah
menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, 'Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).'" (QS. Al-Kahf: 96)
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi..." (QS. Al-Anfal: 60).
"Siapa saja yang memiliki anak panah
(yang baik), maka janganlah ia biarkan anak panahnya (itu rusak) dengan tidak
melatihnya (memanah)." (HR. Muslim)
Ayat ini bukan hanya perintah untuk siaga
menghadapi ancaman, melainkan juga seruan untuk menguasai setiap bidang ilmu
dan teknologi. Inilah landasan bagi kemandirian dan kemajuan peradaban, yang
menjadikan umat berdaya di hadapan tantangan zaman.
4. Ilmu Pertanian
Ilmu ini penting untuk memenuhi kebutuhan pangan umat,
menjaga ketahanan pangan, dan mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
Allah SWT berfirman, "Maka terangkanlah kepadaku
tentang yang kamu tanam. Apakah kamu yang menumbuhkannya, atau Kami yang
menumbuhkannya?" QS. Al-Waqi'ah Ayat 63-64:
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidaklah
seorang muslim menanam tanaman atau bercocok tanam, kemudian tanaman itu
dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah
baginya." (HR. Muslim).
Petani tidak hanya sebagai
pengelola lahan, tetapi juga sebagai pelaku amal yang mulia. Dengan menguasai ilmu
pertanian, seorang petani dapat memaksimalkan hasil dari jerih payahnya,
mengubah setiap biji yang ia tanam menjadi ibadah, dan menjadikan setiap
panennya sebagai sedekah yang tak terputus.
5. Ilmu Bahasa dan
Sastra
Menggali kedalaman tata bahasa dan sastra
Arab adalah keharusan, agar penafsiran tidak sekadar di permukaan, melainkan
mencapai esensi kebenaran. Kekuatan bahasa yang terasah memungkinkan kita
berdakwah dengan hikmah, merangkai kata menjadi pesan yang tak hanya mudah
dipahami, tetapi juga memiliki daya pikat dan kekuatan untuk mengubah hati.
Al-Qur'an sendiri adalah mukjizat dari sisi
bahasanya. Mempelajari ilmunya adalah cara untuk mengagumi kebesaran Allah.
Allah SWT menantang manusia untuk membuat satu surah
yang serupa dengan Al-Qur'an, yang secara tidak langsung menunjukkan keunggulan
bahasa dan sastranya: "Dan jika kamu tetap dalam keraguan
tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu
surat (saja) yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah: 23).
"Kami tidak mengutus seorang rasul pun
melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan
terang kepada mereka." QS. Ibrahim: 4
"(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah
mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai
berbicara." QS. Ar-Rahman: 1-4
Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya di antara ucapan itu ada sihir (kekuatan untuk
memengaruhi)." (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan kekuatan
bahasa yang bisa digunakan untuk kebaikan maupun keburukan.
"Cintailah Arab karena tiga hal; karena aku
orang Arab, Al-Qur'an berbahasa Arab, dan bahasa penduduk surga adalah bahasa
Arab."
dan Ketika Nabi Muhammad SAW ingin
berkorespondensi dengan raja-raja non-Arab, beliau memerintahkan Zaid bin
Tsabit RA untuk mempelajari bahasa mereka.
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkanku untuk mempelajari bahasa Ibrani atau bahasa Suryani. Beliau
bersabda: 'Aku tidak merasa aman terhadap apa yang datang kepadaku dari
orang-orang Yahudi'. Maka aku mempelajarinya (bahasa Yahudi/Ibrani) dalam waktu
lima belas hari sehingga aku menguasainya. Maka aku menjadi penulis bagi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk surat-surat yang ditujukan) kepada
orang-orang Yahudi dan aku membacakan surat-surat mereka kepada beliau."
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dengan tantangan global saat ini,
penguasaan bahasa asing telah menjadi fardhu kifayah bagi umat Islam.
Ini bukan sekadar keterampilan tambahan, melainkan sebuah senjata strategis
dalam perang narasi untuk menyuarakan kebenaran Islam, membangun
diplomasi, dan menjaga kedaulatan pemikiran. Ini memperluas cakupan "ilmu
bahasa" dari sekadar memahami Al-Qur'an dan Hadis, menjadi alat universal
untuk menegakkan kemaslahatan umat di panggung dunia.
6. Ilmu Geografi
dan Geologi
Melalui geografi, kita
menapak tilas sejarah peradaban, memahami bangkit dan runtuhnya umat masa lalu,
untuk menjadi cermin bagi perjalan kita saat ini. Melalui geologi, kita
tidak hanya menemukan sumber daya alam yang melimpah—seperti mineral dan
air—tetapi juga diingatkan akan tanggung jawab kita sebagai khalifah untuk
mengelola karunia Allah ini demi kemaslahatan bersama.
"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaan.'"
(QS. Al-Ankabut: 20).
"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran."
QS. Al-Hijr ayat 19:
o
Ayat lain juga menyinggung tentang fenomena geologi: "Dan di bumi terdapat potongan-potongan tanah yang
berdampingan (QS. Ar-Ra'd: 4).
Allah juga menjelaskan fenomena unik percampuran dua lautan:
"Dia membiarkan dua lautan
mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak
dilampaui oleh masing-masing." Ayat ini secara ilmiah merujuk pada
fenomena oseanografi di mana dua massa air dengan karakteristik berbeda
(misalnya salinitas, suhu, dan massa jenis) bertemu tetapi tidak bercampur
secara total. Ini adalah petunjuk bagi ilmu geografi kelautan. QS. Ar-Rahman
ayat 19-20,
7. Ilmu Sosial dan
Psikologi
Sebagai khalifah di muka bumi, kita ditugaskan untuk membangun peradaban. Ilmu
sosial dan psikologi menjadi alat vital untuk tugas tersebut. Ia membuka
jendela wawasan ke dalam jiwa manusia dan dinamika interaksi sosial, membimbing
kita menciptakan tatanan masyarakat yang mencerminkan keadilan, harmoni, dan
kasih sayang yang diajarkan Islam. Dengan ilmu ini, kita dapat:
·
Mendiagnosis dan mengobati
penyakit-penyakit sosial seperti konflik, kemiskinan, dan ketidakadilan,
sekaligus memahami kebutuhan batin setiap individu.
·
Menjalankan misi dakwah dengan
kearifan, menyesuaikan pesan kebenaran dengan konteks budaya dan psikologi
audiens agar lebih berbekas di hati.
·
Menegakkan pilar-pilar sistem
pendidikan, ekonomi, dan politik yang kokoh, adil, dan berorientasi pada
kemaslahatan umat.
Islam sangat menekankan keadilan dan persaudaraan
(ukhuwah). Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang
beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah..."
(QS. An-Nisa: 135).
Rasulullah SAW bersabda: "Perumpamaan orang-orang
mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi adalah seperti satu
tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuh juga
ikut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam." (HR.
Bukhari dan Muslim).
8. Ilmu Fisika,
Kimia, dan Astronomi
Ilmu-ilmu eksakta seperti fisika,
kimia, dan astronomi bukanlah sekadar deretan rumus dan teori,
melainkan kunci untuk menyingkap tabir rahasia di balik hukum alam dan jagat
raya. Dengan mempelajarinya, kita dapat melihat kebesaran, kekuasaan, dan
hikmah Allah yang tersembunyi di balik setiap proses—dari turunnya hujan,
tumbuhnya tanaman, hingga interaksi materi yang tak kasat mata.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal."
(QS. Ali 'Imran: 190).
"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya." QS.
Yasin ayat 40
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." QS. Al-Hijr ayat
26, Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari unsur-unsur yang ada
di bumi
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar
kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil
dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu." QS. Ar-Rahman ayat 7-9
Pada hakikatnya, fisika, kimia, dan astronomi bukanlah disiplin ilmu
yang terpisah dari ajaran Islam. Sebaliknya, ia adalah jembatan yang
menghubungkan akal dan iman, alat yang membuka mata hati kita untuk merenungi
kebesaran Allah, dan jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya melalui
pemahaman yang mendalam atas setiap ciptaan-Nya.
9. Ilmu Arsitektur
dan Tata Kota
Ilmu arsitektur dan tata kota bukan sekadar seni membangun, melainkan fondasi untuk mewujudkan
peradaban yang berkeadilan dan makmur. Dengan ilmu ini, manusia mengemban
amanah sebagai khalifah di bumi (imarah al-ardh), merancang ruang hidup
yang tidak hanya aman dan nyaman, tetapi juga berkelanjutan dan menghargai
keseimbangan alam. Setiap rancangan kota yang baik adalah wujud nyata dari
upaya memfasilitasi keadilan sosial, memudahkan akses ke tempat ibadah, dan
menciptakan lingkungan yang menyehatkan bagi seluruh umat manusia.
o
Al-Qur'an menyebutkan tugas manusia untuk mengelola
bumi. Allah SWT berfirman: "... Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya..." (QS.
Hud: 61).
Kata ist'marakum (pemakmur)
dalam ayat ini memiliki makna mendalam, yaitu menjadikan bumi tempat yang layak
huni, produktif, dan terorganisir. Ini adalah landasan utama bagi Ilmu
Arsitektur dan Tata Kota, karena kedua bidang ini bertujuan untuk merancang dan
membangun ruang yang memakmurkan kehidupan manusia di bumi.
"Kebersihan adalah sebagian
dari iman."
"Sesungguhnya Allah itu indah
dan menyukai keindahan." (HR. Muslim)
Dalam konteks tata kota, ini
berarti merancang kota yang bersih, memiliki sistem sanitasi yang baik, dan
ruang terbuka hijau.
10. Ilmu Matematika
dan Logika
Meskipun kerap dipandang sebagai
ilmu yang abstrak dan jauh dari kehidupan, matematika dan logika
adalah fondasi presisi yang menegakkan keadilan dan ketertiban. Matematika,
dalam ajarannya, menjadi alat vital untuk memastikan pembagian warisan (fara'id),
penghitungan zakat, dan urusan perniagaan berlangsung secara adil dan akurat
sesuai syariat. Sementara itu, logika adalah kompas bagi akal, membimbing
seseorang untuk berpikir jernih, memahami dalil agama secara terstruktur, dan
mengambil keputusan yang bijaksana.
"Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan
untuk) anak-anakmu..." (QS. An-Nisa: 11). Ini
menunjukkan betapa pentingnya matematika dalam menegakkan keadilan.
"Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." QS.
Al-Qamar ayat 49
"...Dan tidaklah mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang
mempunyai akal." QS. Al-Baqarah ayat 269
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan
Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan
itu."
Ayat ini secara jelas memerintahkan
manusia untuk menjaga keseimbangan. Kata "timbangan" (al-mizan)
di sini bisa dimaknai sebagai keadilan sosial, namun secara harfiah juga
merujuk pada alat ukur yang membutuhkan perhitungan matematis yang tepat.
Perintah untuk menegakkan timbangan dengan adil adalah fondasi bagi etika
bisnis dan matematika terapan yang presisi.
11. Ilmu Sejarah
dan Peradaban
Ilmu sejarah lebih dari sekadar catatan masa lampau; ia adalah cermin peradaban
yang memantulkan sebab-akibat, pasang-surut kekuasaan, dan pola-pola kehidupan
sosial. Sebagai salah satu ilmu yang paling ditekankan dalam Al-Qur'an dan
Hadis, sejarah mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu.
Dengan menyelaminya, kita dapat memahami bagaimana sunnatullah—hukum-hukum
ketetapan Allah—bekerja dalam setiap siklus kebangkitan dan kehancuran. Lebih
dari itu, ilmu ini menguatkan keyakinan kita, karena ia menjadi saksi bisu yang
membuktikan bahwa setiap janji Allah kepada para nabi dan hamba-hamba-Nya yang
saleh adalah kebenaran yang tak pernah berubah.
Allah SWT berfirman: "Sungguh, pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.
(Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai)
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yusuf:
111).
"Katakanlah (Muhammad), 'Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.'"
(QS. Al-An'am: 11).
"Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang pada
masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa." QS. Al-Baqarah ayat 66
"Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Muhammad),
agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman." QS. Hud ayat 120
"Sesungguhnya telah berlalu sebelum
kamu sunah-sunah Allah (hukum-hukum-Nya); karena itu berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)." QS. Ali 'Imran ayat 137
Ayat ini memerintahkan untuk melakukan dua
hal: berjalan di muka bumi (eksplorasi geografis) dan memperhatikan
akibat dari tindakan umat terdahulu (analisis sejarah). Ini adalah perintah
langsung untuk mempelajari sejarah sebagai cara untuk memahami sunnatullah
atau hukum alam dan sosial yang Allah tetapkan.
Tentu, ini adalah
tambahan untuk cabang ilmu ke-12 tentang Sastra dan Puisi, lengkap dengan
pembukaan yang mendalam dan contoh-contoh yang relevan.
12. Ilmu Sastra,
Puisi, dan Retorika
"Sesungguhnya di antara ucapan itu ada sihir
(kekuatan untuk memengaruhi)." (HR. Bukhari).
bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sarana untuk
mengabadikan kebenaran, membela kehormatan, dan menanamkan hikmah. Dalam
sejarah Islam, para penyair dan sastrawan tidak hanya menghibur, tetapi juga
menjadi garda terdepan dalam membela agama. Nama-nama seperti Hassan bin Tsabit, penyair Rasulullah SAW, menggunakan
syairnya sebagai perisai, sementara karya-karya mistis Jalaluddin Rumi menyingkap keagungan cinta Ilahi
melalui puisi-puisi yang menembus zaman, terkenal di timur dan barat.
·
Pembelaan Agama:
Sastra, terutama puisi, menjadi alat yang kuat untuk membalas ejekan atau
serangan terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW. Puisi-puisi Hassan bin Tsabit
adalah contoh nyata bagaimana seni digunakan untuk melindungi kehormatan Nabi.
·
Dakwah dan Pendidikan:
Melalui sastra dan puisi, ajaran agama dapat disampaikan dengan cara yang lebih
indah, menyentuh hati, dan mudah diingat. Kisah-kisah yang terbingkai dalam
prosa dan syair dapat menjadi media efektif untuk menyampaikan pesan moral dan
spiritual.
·
Memperkaya Pemahaman:
Mempelajari sastra Arab klasik, seperti tata bahasa dan balaghah (ilmu retorika), sangat fundamental untuk
memahami keindahan mukjizat Al-Qur'an dan kedalaman makna hadis.
Al-Qur'an sebagai Mukjizat Bahasa
Dalam sejarah, mukjizat para nabi selalu relevan
dengan keunggulan yang dibanggakan pada zamannya.
·
Pada zaman Romawi dan Yunani yang membanggakan ilmu
medis, diutuslah Nabi Isa yang bisa menyembuhkan penyakit.
·
Pada zaman Mesir yang membanggakan ilmu sihir, diutus
Nabi Musa yang mengalahkan para penyihir.
·
Pada zaman Arab pagan yang membanggakan puisi dan
kefasihan bahasa, diutuslah Nabi Muhammad dengan mukjizat Al-Qur'an yang
keindahan bahasanya mengalahkan seluruh puisi di Arab.
"Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang
Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal dengannya..." (QS. Al-Baqarah: 23).
Pujian Nabi untuk Puisi yang Baik
Rasulullah SAW menghargai puisi yang memiliki pesan
kebaikan. Beliau pernah bersabda kepada Hassan bin Tsabit:
"Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) selalu
menyertaimu selama kamu membela Rasulullah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa penggunaan seni untuk
tujuan kebaikan, termasuk puisi, akan mendapat dukungan dan pertolongan dari
Allah.
Hadis ini menekankan bahwa bahasa memiliki kekuatan
luar biasa yang dapat digunakan untuk kebaikan (dakwah) maupun keburukan. Maka
tak heran, di zaman modern ini, di mana kejahatan bisa dibingkai sebagai
kebaikan dan penjajahan bisa disamarkan dengan jargon demokrasi dan
liberalisasi, ilmu sastra, puisi, dan retorika adalah senjata paling
penting karena kita hidup di zaman Narasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar